Keterbatasan keterampilan aktif multi bahasa sering kali diasumsikan bahwa tidak akan memiliki peluang dalam mendaftar student exchange. Faktanya, keterampilan pasif pun berpeluang untuk mengikuti student exchange. Universitas Muhammadiyah Sidoarjo membuka kesempatan kepada seluruh mahasiswanya untuk mengikuti program International Credit Transfer (ICT), salah satunya ke Universiti Utara Malaysia (UUM). Peserta yang lolos sebanyak 10 mahasiswa dari berbagai fakultas yang ada di Umsida. Kegiatan perkuliahan dilaksanakan secara virtual tanpa mengurangi esensi sedikit pun.Pada awalnya, saya yang berasal dari prodi PGSD, berkeinginan mengikuti program ini dengan harapan bisa senantiasa mengaktualisasikan diri. Untuk student exchange dalam asumsi saya, pasti diperlukan keterampilan berbahasa Inggris aktif, sedangkan tidak dengan diri saya. Namun, dengan keinginan dan dorongan dari Kaprodi, dapat meneguhkan niat saya untuk mendaftar program ini. Siapa sangka orang dengan keterampilan pasif multi bahasa dapat lolos program student exchange.
Perkuliahan UUM dimulai pada akhir bulan Maret. Diawali dengan orientasi pengenalan universitas, fakultas, hingga mekanisme perkuliahan disana. Orientasi diikuti oleh seluruh mahasiswa global yang mengukuti program dengan bahasa pengantarnya bahasa Inggris. Di UUM saya menempuh 3 mata kuliah diantaranya English Proficiency (EP), Entrepreneurship and Co-operative Management (keusahawanan), dan Geolinguistics. Penggunahan bahasa pada perkuliahan sangat beragam, diantaranya Inggris, Melayu, dan campuran.Pada mata kuliah EP, bahasa yang digunakan yakni Bahasa inggris. Namun, hal itu tak menjadi masalah besar, karena kita dan mahasiswa yang ada disana juga masih sama-sama belajar. Justru hal tersebut akan semakin memotivasi untuk upgrade keterampilan berbahasa Inggris yang semula pasif menjadi aktif. Sedangkan pada mata kuliah geolinguistics sangat berbanding terbalik dengan mata kuliah EP. Bahasa yang digunakan adalah bahasa melayu, karena muatan mata kuliah ini berkaitan dengan penggunaan dialek/logat Bahasa yang ada di Malaysia. Untuk mata kuliah keusahawaan, menggunakan bahasa campuran berbagai bahasa karena pada perkuliahannya sering mendatangkan narasumber baik dari dalam maupun luar negeri untuk bisa belajar langsung dari ahlinya.
Untuk berkomunikasi dengan sesama mahasiswa yang ada disana, cenderung menggunakan Bahasa Melayu. Biasanya bahasa Melayu dan Indonesia ada kemiripan. Namun, tak jarang Ketika berdiskusi sering menjumpai kata atau kaliamat dengan bahasa melayu yang sulit saya tangkap maksudnya, sehingga tak jarang juga saya dituntut untuk berkomunikasi menggunakan bahasa Inggris dalam kesehariannya.Semakin diri dihadapkan dengan kesulitan, semakin ingin untuk mengatasi kesulitan tersebut. Semakin kita terbatasi, maka semakin termotivasi pula untuk kita menghilangkan batasan tersebut. Begitupun dengan keterampilan berbahasa. Keterbatasan multi bahasa yang pasif di lingkungan yang aktif semakin memotivasi kita untuk memiliki keterampilan bahasa yang aktif agar dapat berkomunikasi secara masif.
Kontributor : Arizkylia Yoka Putri – PGSD UMSIDA