Sambutan Hangat, Suasana Bersahabat: Mahasiswa UMSIDA Resmi Memulai Studi di Eurasian Humanities Institute, Kazakhstan

lkui.umsida.ac.id — Bulan September 2025 menjadi momen penting antara Indonesia dan Kazakhstan, khususnya dalam bidang pendidikan tinggi. Tiga mahasiswa dari program studi Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (UMSIDA) Indonesia, secara resmi memulai program Academic Mobility di Eurasian Humanities Institute named after A.K. Kussainov (EAGI), Kazakhstan yang berlokasi di ibu kota Kazakhstan yakni di Astana. Kehadiran mereka disambut dengan antusiasme tinggi oleh pimpinan, staf akademik, dan komunitas kampus EAGI.Kegiatan pembukaan ini menjadi sangat simbolis karena bersamaan tepat pada 1 September, yang dikenal di Kazakhstan sebagai Hari Pengetahuan (Day of Knowledge), yang merupakan sebuah perayaan tahunan yang menandai dimulainya tahun akademik baru di seluruh institusi pendidikan di negara Kazakhstan.

Penyambutan mahasiswa UMSIDA oleh EAGI.

Delegasi dari Indonesia dipimpin oleh Dr. Fika Megawati, M. Pd., Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris di UMSIDA. Beliau mendampingi tiga mahasiswa tahun kedua ini yang terpilih mengikuti program, yakni Arum Tyas Pramesti, Nur Khalifah, dan Felicia Shabrina Kristaningrum. Ketiganya akan menjalani studi di EAGI selama satu semester, meliputi pembelajaran akademik, observasi, pembelajaran budaya, serta partisipasi dalam berbagai kegiatan kolaboratif dengan mahasiswa lokal. Dalam sambutan resmi yang berlangsung hangat di kampus EAGI, para mahasiswa diperkenalkan dengan sejarah institusi, filosofi pendidikan, serta pencapaian-pencapaian utama selama lebih dari 30 tahun kiprahnya. Rektor EAGI, N.T. Nyhymanova, bersama Ketua Dewan Pendiri, R.U. Beisenova, menyampaikan bahwa EAGI sangat terbuka terhadap kolaborasi global dan siap mendukung segala bentuk inisiatif yang memperkuat pertukaran akademik dan budaya antarnegara.

Dr. Fika Megawati menyampaikan apresiasi secara simbolis dari UMSIDA kepada pimpinan EAGI.

Atmosfer penyambutan yang begitu ramah, terbuka, dan profesional ini langsung terasa bagi para mahasiswa, termasuk yang dialami oleh Arum Tyas Pramesti. Dalam kesan pertamanya, ia menyampaikan, “Yang langsung terasa adalah suasana sangat ramah dan terbuka, suasana hangat dan membuat saya dan teman-teman merasa dihargai dan disambut dengan baik. EAGI menunjukkan profesionalism yang tinggi, mereka siap dengan informasi yang saya dan teman-teman saya butuhkan. Proses penyambutan berjalan sangat lancar. Seru.” Arum menilai bahwa sambutan yang ia terima mencerminkan persiapan yang matang serta dedikasi tinggi dari pihak EAGI. Ia merasa disambut bukan hanya oleh pihak profesional, tetapi juga seperti oleh teman sendiri. Menurutnya, sikap ramah dari semua orang yang ia temui membuat interaksi terasa santai dan menyenangkan, serta meninggalkan kesan positif terhadap lingkungan kampus dan suasana kerja di EAGI. Lebih lanjut, Arum juga memberikan perhatian pada aspek fisik dan atmosfer kampus yang mendukung proses belajar. “Selain ruang dan penataan yang teratur, (hal itu) menciptakan suasana yang kondusif untuk belajar dan berdiskusi. Jadi secara keseluruhan, pengalaman pertama saya di EAGI itu sangat luar biasa, dan sambutan yang diberikan menciptakan pondasi yang kuat untuk kolaborasi atau interaksi selanjutnya. Dan mereka berhasil membuat kesan pertama yang tak terlupakan. Yaitu kesan yang ramah, yang profesional, dan sangat peduli.” (22/09)

Mahasiswa UMSIDA foto bersama pimpinan EAGI.

Setelah proses penyambutan, para mahasiswa mulai menjalani kegiatan akademik dan kultural yang menjadi inti dari program ini. Agenda yang mereka ikuti mencakup pembelajaran di kelas, diskusi akademik, workshop, hingga observasi lapangan ke sekolah-sekolah mitra EAGI. Hal ini memberikan mereka perspektif baru tentang sistem pendidikan di Kazakhstan serta membuka ruang refleksi terhadap praktik pendidikan di Indonesia. Nur Khalifah menjelaskan bahwa mereka tidak hanya duduk di kelas, tetapi benar-benar diajak untuk terlibat secara aktif dan langsung dalam dinamika dunia pendidikan di Kazakhstan. “Jadi selama program di EAGI, kami mengikuti berbagai kegiatan, mulai dari belajar dan berdiskusi dalam kelas serta workshop, melakukan observasi langsung ke sekolah-sekolah untuk melihat proses belajar mengajar, dan menyampaikan presentasi interaktif tentang budaya Indonesia seperti bahasa, tarian, lagu, pakaian tradisional, makanan khas, dan keberagaman adat istiadat.”

Salah satu kegiatan yang paling berkesan bagi mereka adalah sesi presentasi budaya. Di sini, para mahasiswa Indonesia menjadi representasi negaranya, yakni memperkenalkan kekayaan budaya Nusantara secara langsung kepada mahasiswa dan guru-guru di Kazakhstan. “Kami juga berinteraksi dengan siswa dan guru melalui diskusi, permainan edukatif, serta kegiatan bersama, berbagi pengalaman mengenai kehidupan kampus dan sistem pendidikan di Indonesia. Kami juga diajak untuk berkolaborasi dalam English Club, sebagai ruang pertukaran bahasa dan budaya yang lebih santai namun tetap edukatif. Sejauh ini itu saja, tapi kadang kita juga diajak jalan-jalan.”

Foto bersama di depan kampus EAGI.

Felicia Shabrina Kristaningrum, misalnya, menyampaikan harapannya dalam wawancara, “Harapnnya (bisa) membuka peluang bagi mahasiswa ke luar negeri, belajar internasional, go internasional, memperluas wawasan, mengasah pola berpikir yang kritis. Belajar lintas budaya, kita gak hanya dapat pengetahuan baru, tapi kita membangun jaringan riset, meningkatkan skill dalam bahasa, dan membawa pulang praktik akademik yang akan kita kembangkan di kampus kita.” Apa yang disampaikan Felicia menjadi cerminan dari semangat program ini: tidak hanya bertukar informasi, tetapi juga membangun koneksi dan kapasitas antarbangsa. Dengan kompetensi lintas budaya dan kemampuan komunikasi internasional yang semakin terasah, para mahasiswa diharapkan akan menjadi aktor penting dalam mendorong kampus Indonesia menuju arena global.

Berkunjung ke KBRI di Kazakhstan.

Program pembelajaran ini bukan sekadar kunjungan akademik singkat, melainkan sebuah langkah strategis dalam membangun ekosistem pendidikan global yang kolaboratif dan inklusif. Suasana yang mendukung di EAGI, baik dari sisi akademik, sosial, maupun budaya, menciptakan pengalaman belajar yang utuh bagi para mahasiswa. Kerja sama antara Eurasian Humanities Institute dan Universitas Muhammadiyah Sidoarjo menjadi bukti nyata bahwa pendidikan tinggi dapat menjadi jembatan persahabatan antarbangsa. Dengan komitmen bersama dan partisipasi aktif mahasiswa, kolaborasi ini diharapkan akan terus berkembang dan memberikan manfaat berkelanjutan di masa depan baik untuk institusi, mahasiswa, maupun masyarakat global.

Sumber: egi.edu.kz
Penulis: LKUI UMSIDA

Related Posts

Mahasiswa Umsida Siap Go Global melalui Academic Mobility di Kazakhstan

Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (UMSIDA) kembali menegaskan komitmennya dalam memperkuat jejaring...

Dari Jawa Timur ke Papua Barat Daya: UMSIDA Perluas Sayap Kolaborasi Global Bersama UNAMIN

lkui.umsida.ac.id -Sebagai bentuk keseriusan dalam memperluas jaringan kerja sama antarkampus...