Bayterek Tower: Simbol Kehidupan dan Harapan di Jantung Astana

Kazakhstan memiliki sejarah yang kaya, budaya yang mendalam, dan kemajuan modern yang pesat. Bayterek Tower berdiri di tengah ibu kota Astana yang megah. Ini adalah monumen kebanggaan rakyat Kazakhstan dan merupakan simbol kehidupan dan masa depan negara. Bangunan ini, yang merupakan salah satu landmark paling terkenal di Asia Tengah, melambangkan perpaduan antara kemajuan, iman, dan tradisi.

Bayterek Tower, yang diresmikan pada tahun 2002, telah menjadi ikon resmi kota Astana dan bahkan seluruh Kazakhstan. Menara ini menjulang setinggi 97 meter di pusat kawasan modern Nurzhol Boulevard. Menara ini menandai tahun 1997, ketika ibu kota Kazakhstan secara resmi dipindahkan dari Almaty ke Astana. Angka itu bukan hanya penanda sejarah; itu menunjukkan awal transformasi besar dalam perjalanan Kazakhstan menuju kemandirian dan kemajuan.

Bayterek Tower memiliki desain yang unik dan bermakna. Arsitekturnya menggambarkan “pohon kehidupan dan burung mitos Samruk”, yang diceritakan dalam legenda rakyat Kazakhstan, di mana burung Samruk bertelur di puncak pohon kehidupan, dan telur emas dianggap sebagai simbol kehidupan, keberuntungan, dan harapan baru bagi manusia. Karena filosofi ini, Bayterek Tower bukan hanya monumen wisata; itu adalah simbol keseimbangan antara dunia fisik dan spiritual, serta antara masa lalu dan masa depan Kazakhstan.


Di puncak menara, bola emas memiliki diameter sekitar 22 meter, dan di dalamnya terdapat observatorium, atau dek pandang, yang dapat melihat kota Astana dari segala arah. Dari ketinggian ini, turis dapat melihat bangunan futuristik, taman hijau, dan aliran Sungai Ishim yang membelah kota. Seolah-olah makna “telur emas kehidupan” dalam legenda Samruk dihidupkan kembali saat senja tiba, bola emas bersinar dengan cahaya keemasan.

Cetakan telapak tangan Presiden Pertama Kazakhstan, Nursultan Nazarbayev, diletakkan pada lempeng logam khusus di dalam menara. Sambil membuat harapan, para pengunjung biasanya meletakkan tangan mereka di atas cetakan itu. Sayangnya, saat kami datang, tempatnya sangat padat. Tradisi ini menunjukkan keinginan orang Kazakhstan untuk kehidupan yang aman, sejahtera, dan bersatu.
Bayterek Tower juga menawarkan pengalaman pendidikan dan budaya. Banyak pelajar, peneliti, dan turis datang ke sini bukan hanya untuk berfoto, tetapi juga untuk belajar tentang sejarah Kazakhstan sebagai negara merdeka dan nilai-nilainya, seperti persatuan, kemajuan, dan optimisme.


Kunjungan ke Bayterek Tower menjadi pengalaman yang luar biasa. Ketika berdiri di bawah menara yang megah itu, kami bisa merasakan bagaimana arsitektur dan makna spiritual berpadu menjadi satu kesatuan yang harmonis. Di halaman luas di sekitar menara, kami bermain-main, berlari-larian, dan berfoto bersama sambil menikmati udara segar dan pemandangan yang menenangkan. Tawa kami berpadu dengan angin sore yang lembut, menciptakan suasana penuh kebahagiaan dan rasa syukur. Salah satu mahasiswa, Zelfa, berkata kepada temannya, “Wow liat bola mas itu sangat besar dan mengkilau,”.

Selain keindahannya, Bayterek Tower mencerminkan jiwa bangsa Kazakhstan yang optimis, kuat, dan berpandangan jauh ke depan. Bangunan ini bukan sekadar karya arsitektur, tetapi juga simbol kehidupan bahwa seperti pohon Bayterek, bangsa Kazakhstan tumbuh dari akar budaya yang kokoh menuju langit masa depan yang penuh harapan.


Setiap hari, ratusan wisatawan dari berbagai negara datang untuk menikmati pemandangan kota; ada yang berfoto, merekam video, atau sekadar merasakan kedamaian di sekitarnya. Bayterek Tower adalah simbol kehidupan, kebangkitan, dan harapan yang tumbuh di jantung Astana. Dari akar budaya yang dalam hingga puncak bola emas yang berkilau, menara ini menggambarkan perjalanan panjang sebuah bangsa yang berusaha mencapai cahaya kemajuan tanpa kehilangan jati diri. Bagi kami yang pernah berdiri di bawah menara itu, Bayterek Tower bukan hanya bangunan indah yang menjulang tinggi, tetapi juga pengingat bahwa setiap mimpi besar selalu berawal dari harapan yang tumbuh di dalam hati.

Penulis: Nur Khalifah

Editor: LKUI Umsida


Related Posts