Museum Nasional Kazakhstan di Astana sebagai Pusat Pelestarian Sejarah dan Budaya Nasional

lkui.umsida.ac.id – Sebagai salah satu peserta program Student Exchange di Kazakhstan, Felicia Shabrina Kristaningrum bersama teman-temannya memperoleh kesempatan berharga untuk mengunjungi salah satu situs bersejarah sekaligus pusat kebudayaan paling ternama di negara tersebut, yaitu Museum Nasional Kazakhstan yang terletak di Astana.

Dalam refleksinya, Felicia menyampaikan bahwa kunjungan tersebut bukan sekadar perjalanan wisata, melainkan sebuah pengalaman yang sangat berarti dalam menambah wawasan mengenai sejarah, budaya, dan identitas bangsa Kazakhstan. Pada saat itu, cuaca sedang cerah. Rombongan berangkat bersama beberapa teman asal Kazakhstan yang sebelumnya pernah mengunjungi Indonesia untuk program Student Exchange di UMSIDA. (30/09).

Dari kejauhan, bangunan Museum Nasional Kazakhstan tampak mencolok dengan desainnya yang futuristik. Museum tersebut berlokasi di Lapangan Kemerdekaan, salah satu pusat kota Astana yang dikenal dengan deretan bangunan ikonik. Sesampainya di lokasi, Felicia mengungkapkan kekagumannya terhadap kemegahan bangunan tersebut. Ia menggambarkan bahwa gedung museum didominasi oleh kaca berwarna biru yang memantulkan cahaya, berpadu dengan elemen logam putih, sehingga menciptakan kesan modern dan elegan. Tak heran jika museum ini disebut sebagai salah satu yang terbesar di dunia.

1. Hall Sejarah Kuno

Ruang pertama berisi peninggalan dari zaman prasejarah hingga zaman perunggu. Koleksi paling menarik tentu saja “Manusia Emas” (Golden Man), baju zirah emas seorang prajurit muda yang ditemukan di Issyk. “Ini bukan hanya artefak, tapi simbol nasional Kazakhstan,” ujar pemandu. Melihatnya langsung benar-benar membuat saya merasa bahwa bangsa ini punya sejarah panjang dan membanggakan.

2. Hall Abad Pertengahan

Di ruangan tersebut, Akniet, salah satu mahasiswa dari EAGI yang dulu menjadi peserta Student Exchange di UMSIDA, menjelaskan bahwa Kazakhstan memiliki peran penting sebagai jalur perdagangan antara Timur dan Barat. Dalam kunjungan itu, rombongan melihat berbagai artefak seperti koin kuno, perhiasan, keramik, dan benda-benda dagang lainnya yang menggambarkan betapa aktifnya interaksi budaya di masa lampau.

3. Hall Sejarah Modern

Hall Sejarah Modern National Museum Kazakhstan

Selanjutnya rombongan masuk ke ruang yang menceritakan perjalanan menuju kemerdekaan. Dari masa penjajahan, era perjuangan, hingga berdirinya negara Kazakhstan pada 1991. Foto, dokumen, dan benda bersejarah membuat meraka merasa seperti menyaksikan langsung perjuangan bangsa untuk berdiri sendiri.

4. Hall Etnografi dan Budaya Tradisional

Bagian ini dianggap sebagai yang paling menarik. Di dalamnya terdapat pakaian tradisional, alat musik khas seperti dombra, hingga yurt, yaitu rumah tenda khas masyarakat nomaden Kazakhstan. Suasana yang dihadirkan membuat pengunjung seolah diajak kembali ke masa lalu.

5. Hall Seni

Hall Seni National Museum Kazakhstan

Di tempat tersebut mereka melihat berbagai karya seni, dari lukisan, patung, kerajinan tangan, sampai seni kontemporer. Koleksi ini menunjukkan bahwa Kazakhstan tidak hanya kaya sejarah, tapi juga tradisi seni yang terus berkembang.

Hal menarik lain adalah penggunaan teknologi. Hampir semua ruangan dilengkapi layar interaktif, proyeksi 3D, dan audio guide dalam berbagai bahasa. Dengan teknologi ini, pengunjung lebih mudah memahami isi pameran. Sebagai mahasiswa, mereka merasa kunjungan ini sangat bermanfaat. “Belajar lewat buku itu penting, tapi melihat langsung peninggalan sejarah jauh lebih berkesan,” ucap salah satu mahasiswa yang biasa dikenal sebagai Felicia. Selain itu, pengalaman ini membuat mereka lebih memahami identitas Kazakhstan sebagai negara dengan sejarah panjang, budaya nomaden yang kuat, sekaligus modernitas yang pesat.

Setelah kunjungan tersebut, Felicia mengungkapkan bahwa ia baru menyadari setiap bangsa memiliki cara yang unik dalam menjaga sejarah dan budayanya. Kazakhstan, yang sebelumnya hanya ia kenal sebagai sebuah nama di peta Asia Tengah, ternyata menyimpan peradaban yang luar biasa. Ia juga menyebut bahwa koleksi seperti Golden Man dan jalur perdagangan Silk Road menunjukkan betapa pentingnya peran bangsa ini dalam sejarah dunia.

Sebagai mahasiswa asing, Felicia merasakan bahwa kunjungan tersebut membuka wawasan barunya secara signifikan. Ia berpendapat, “Museum bukan sekadar tempat menyimpan barang kuno,” tetapi juga ruang untuk membangun identitas, memperkuat nasionalisme, dan mengenalkan diri ke dunia internasional. Pengalaman ini juga membuatnya lebih menghargai budaya sendiri. “Kalau mereka begitu bangga menjaga warisan leluhurnya, seharusnya kita pun melakukan hal yang sama terhadap budaya bangsa kita,” ujarnya.

Kunjungan ke Museum Nasional Kazakhstan di Astana benar-benar berkesan. Museum ini bukan hanya tempat menyimpan benda bersejarah, tapi juga pusat pembelajaran, penelitian, dan diplomasi budaya. Dari bangunannya yang megah, koleksinya yang kaya, hingga teknologi canggih yang dipakai, semuanya menunjukkan keseriusan Kazakhstan dalam menjaga warisan budayanya.

Bagi Felicia, perjalanan ini memberi pelajaran penting bahwa memahami budaya dan sejarah suatu bangsa adalah cara terbaik untuk mengenal identitas mereka. Museum Nasional Kazakhstan tidak hanya layak dikunjungi turis, tetapi juga siapa pun yang ingin memahami bagaimana masa lalu dan masa kini membentuk masa depan sebuah bangsa.

Penulis: Felicia Shabrina Kristaningrum

Editor: LKUI UMSIDA

Related Posts